Senin, 05 Mei 2014

Laporan Laringitis



LAPORAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
LARINGITIS







Dosen Pembimbing :
Iit Ernawati,Amd.Keb.,S.Kep,M.kes

Disusun Oleh:


          Solehati Nur Fadilah (15401.06.13046)




PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
2013/2014
HALAMAN PENGESAHAN
Halaman Pengesahan dan Asuhan Kebidanan
“Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Laringitis”

Yang Disusun oleh:
1.       Liska Rosita                                ( 15401.06.13028)
2.       Nuzul Faridah                             (15401.06.13036)
3.       Syavilla Nuari Prihardini             (15401.06.13048)
4.       Tutik Diah Ayu Wulandari         (15401.06.13049)


  Sudah sesuai dengan outline dan telah disetujui oleh Dosen pembimbing untuk mendapat pengesahan sebagaimana mestinya.

Genggong, ... November 2013
Menyetujui
Dosen Pembimbing




IIT ERMAWATI,Amd.Keb.,S.Kep.,M.Kes










BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun kronik.Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu.Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus.Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosyang membentuk pintu masuk dari trakea.Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar,membentuk suara melalui pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan pita suaraakan mengalami proses peradangan, pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan terdengar lebih serak.Berdasarkan hasilstudilaringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.

B. Tujuan
1.Untuk mengetahui latar belakang tentang penyakit Laringitis.
2.Untuk mengetahui komplikasi dan gejala pada penyakit Laringitis.
3.Untuk mengetahui diagnosis pada penyakit Laringitis.








BAB II
TINJAUAN TEORI
A. LARINGITIS
I. Definisi Laringitis
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara. Laringitis juga merupakan suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus dan dapat pula disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis dibedakan menjadi laringitis akut dan kronis.
Laringitis akut merupakan keradangan pada laring/ laring-trakea-bronkus. Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu. Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ). Pada anak laringitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.
II. Patofisiologi Laringitis
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

III. Etiologi Laringitis
1.    Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2.    Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3.    Pemakaian suara yang berlebihan
4.    Trauma
5.    Bahan kimia
6.    Merokok dan minum-minum alkohol
7.    Alergi

IV.   Manifestasi Klinik
1.  Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).
a.       Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
b.      Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c.       Pemakaian suara yang berlebihan
d.      Trauma
e.       Bahan kimia
f.       Merokok dan minum-minum alcohol
g.      Alergi
2.       Laringitis Kronis
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman MH, 2006,13-20)
3.       Laringitis Kronis Spesifik
 Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.
a.  Laringitis Tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu:
1)      Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus
2)      Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
3)      Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
4)      Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.
 b.  Laringitis Luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai dalam 4 stadium lues yang paling berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Tabel. 1
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
                     Laringitis akut
Laringitis kronis
·         Rhinovirus
·         Parainfluenza virus
·         Adenovirus
·         Virus mumps
·         Varisella zooster virus
·         Penggunaan asma inhaler
·         Penggunaan suara berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar
·         Alergi
·         Streptococcus grup A
·         Moraxella catarrhalis
·         Gastroesophageal refluks
·         Infeksi bakteri
·         Infeksi tuberkulosis
·         Sifilis
·         Leprae
·         Virus
·         Jamur
·         Actinomycosis
·         Penggunaan suara berlebih
·         Alergi
·         Faktor lingkungan seperti asap, debu
·         Penyakit sistemik : wegener granulomatosis, amiloidosis
·         Alkohol
·         Gatroesophageal refluks

V. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu laringitis kronik. Selain itu, dapat terjadi perubahan suara jika gejala suara serak tersebut terjadi selama 2 – 3 minggu.
Perubahan suara ni dapat diakibatkan oleh refluks asam lambung atau pajanan terhadap bahan iritan. Hal tersebut berisiko untuk menimbulkan keganasan pada pita suara.

VI. Klasifikasi
Laringitis diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu :
1.      Laringitis Akut
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebih, inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut ditandai dengan afonia atau hilang suara dan batuk menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan kering.
2.      Laringitis kronis
Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin. Pada pasien yang memiliki alergi, uvula akan terlihat kemerahan.
Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan juga dapat diakibatkan oleh penyakit traktus urinarisu atas kronik, merokok, pajanan terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring.







VII. Alur Masalah
laring.jpg
VIII.  Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala laringitis dapat termasuk:
• Serak
• Suara lemah atau kehilangan suara
• Rasa gatal dan kasar di tenggorokan
• Sakit tenggorokan
• Tenggorokan kering
• Batuk kering
• Kesulitan bernapas (pada anak-anak)

IX. PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
§  Usia penderita dibawah 3 tahun
§  Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
§  Diagnosis penderita masih belum jelas
§  Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
1.      Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2.      Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3.      Istirahat
4.      Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray
5.      Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6.      Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
Pencegahan :
§  Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,
§  minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan,
§  batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering.
§  jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara
§  meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.

X.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2.      Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3.      Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan  subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.


















BAB III
ASKEB TEORI

A. PENGKAJIAN

I.  Identitas Klien

1.  Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam, mual, muntah, sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.
2.  Riwayat Penyakit Dahulu
Klien merasa mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
3.  Riwayat Penyakit Keluarga
Hal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota keluarga yang menderita penyakit menular.

II. Riwayat Kesehatan dan Persalinan
1.      Prenatal
Keadaan gizi Ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi diderita Ibu selama hamil, psikologis Ibu hamil, penggunaan jamu dan obat-obatan.
2.      Natal
Meliputi keadaan Kx saat lahir, proses persalinan, kelainan-kelainan yang didapatkan keadaan trauma saat melahirkan.
3.      Post natal
Kelainan pada bayi, keadaan bayi, imunisasi yang didapat.

III. Riwayat Tumbuh Kembang
1.      Pertumbuhan meliputi BB, TB
Perkembangan meliputi perkembangan psikososial halus dan kasar.

IV. Riwayat Imunisasi
Meliputi imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak, Polio.


V.  Riwayat Nutrisi
Meliputi pemberian Asi dan pemberian makanan tambahan serta jenis makanan tambahan serta jenis makanan tambahan yang diberikan.

VI. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Tanggapan Klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan meliputi Klien mengerti tentang gaya hidup sehat, pola tata laksana sehat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana dan berapa kali Klien mandi, menggosok gigi serta tindakan Klien apabila sakit.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya Klien laringitis nafsu makannya menurun serta adanya sulit menelan.
3.      Pola eliminasi
Eliminasi Klien kadang mengalami konstipasi sedangkan pada eliminasi urine tidak mengalami gangguan hanya warna urne menjadi kecoklatan.
4.      Pola istirahat dan tidur
Pada istirahat dan tidur akan menurun karena Px dengan laringitis terjadi sesak nafas dan nyeri telan pada waktu berbicara.
5.      Pola aktivitas dan latihan
Pada Klien laringitis akan mengalami gangguan karena Klien harus bedrest serta mual, muntah, demam dan nyeri sehingga membuat aktifitas menurun.
6.      Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya, dampak psikologis, Kx terjadi perubahan konsep diri antara lain : body image, ideal diri.
7.      Pola sensori dan kognitif
Meliputi body image, self sistem, kekacauan identitas, depresanalisasi dan bagaimana pengetahuan Klien tenntang penyakitnya.

8.      Pola reproduksi
Meliputi anak keberapa dari beberapa saudaram jenis kelamin.
9.      Pola hubungan peran
Bagaimana peran Klien dalam keluarga meliputi hubungan Klien dengan keluarga dan orang lain.
10.  Pola hubungan stres
Biasanya Klien sering melamun dan merasa cemas atas keadaan penyakitnya.
11.  Pola tata nilan dan kepercayaan
Biasanya Klien terganggu dalam hal ibadahnya karena harus berobat sehingga aktivitasnya Klien di bantu oleh keluarganya.

B.  Penatalaksanaan Medis
I.     Istirahat bicara dan bersuara selama 2 – 3 hari.
II.     Menghirup udara lembab.
III.     Menghindari iritasi pada laring dan faring ( misalnya merokok, makanan pedas, atau  minum es ).
Untuk  terapi  medikamentosa  diberikan  anti  biotik  penisilin  anak 3x50 mg/kg/BB. Bila alergi dapat diganti eritromisin atau basitrosin dapat diberikan  kortisol  untuk  mengatasi edema.  Dipasang  pipa  endotrakea  atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

C.  Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau sering residitif.Bagaimana  diagnosisnya;  untuk  memastikan  laringitis  dokter  akan memeriksa bagian dalam laring penderitanya dengan mempelajari refleksinya melalui kaca khusus.Pemeriksaan  dengan cara ini dapat menunjukan pita suara  berwarna  merah,  radang  dan  kadang– kadang  pendarahan  dengan bagian tepi yang membesar dan runcing, dokter juga memeriksa cairan yang keluar dan pada kasus berat akan dilakukan tes pembiakan dari cairan tersebut.

     D. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
I.   Gangguan rasa nyaman; nyeri akut b.di proses peradangan.
Intervensi :
1.      Kaji karakteristik nyeri.
2.      Catat perubahan karakteristik nyeri.
3.      Observasi TTV.
  1.  Lakukan   tindakan   untuk   meningkatkan   rasa   nyaman   (   berikan perubahan   posisi,  tehnik  relaksasi  /  distraksi  dan  meminimalkan stimulus terganggu ).
  2. Kolaborasi; Pemberian analgetik sesuai indikasi.

II. Hipertermi b.d infeksi bakteri Haemophilus Influenzae.
Intervensi:
1.      Observasi TTV terutama suhu tubuh.
2.      Jelaskan  upaya  untuk  mengatasi  hipertermi  pada  keluarga  dengan memberikan kompres dingin menggunakan pakaian tipis dan perbanyak minum selama hipertermi.
3.      Kolaborasi; Beri terapi anti piretik sesuai indikasi.

III. Resiko pola nafas tidak efektif b.d peradangan pada laring.
Intervensi:
  1. 1.   Kaji  kecepatan  dan  kedalaman  pernafasan  serta  pergerakan  dada, auskultasi   paru,  catat  adanya   penurunan  suara  dan  suara  nafas tambahan.
  2. Gunakan bantal untuk mempertahankan terbukanya jalan nafas.
  3. Berikan  posisi  yang  tepat  dengan  meninggikan  bagian  kepala  atau menempatkan pada posisi duduk.
  4. Jelaskan pada pasien / keluarga mengenai tindakan yang memudahkan usaha nafas seperti posisi fowler / semi fowler.
  5. Kolaborasi; Peningkatan kelembaban dan pemberian tambahan O2 dll.

IV. Resiko terhadap ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh penurunan masukan oral dan kenyamanan mulut.
Intervensi:
1.      Kaji status nutrisi klien.
2.      Beri  makanan  lunak  yang  tidak  merangsang  stimulus  nyeri  pada mulut / laring.
3.      Monitor pasien dan makanan dengan dihabiskan setiap kali makan.
4.      Kolaborasi; Teruskan pemberian terapi cairan parenteral.
V.  Gangguan proses keluarga b.d keadaan sakit dan hospitalisasi.
Intervensi:
1.      Gali perasaan keluarga dan masalah yang terjadi selama hospitalisasi.
2.      Berikan  perhatian  dan  kebutuhan  orang  tua  akan  informasi  dan dukungan.
3.      Libatkan keluarga selama perawatan.
  1. Jelaskan  tentang  terapi  yang  dilakukan  pada  anak  sesuai  dengan pengetahuan keluarga.












DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC

1 komentar:

  1. informasi menarik yang bermanfaat, makasih banyak..

    http://obatasliindonesia.com/obat-herbal-penyakit-laringitis/

    BalasHapus