LAPORAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
LARINGITIS
Dosen Pembimbing :
Iit Ernawati,Amd.Keb.,S.Kep,M.kes
Disusun Oleh:
Solehati Nur Fadilah (15401.06.13046)
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
2013/2014
HALAMAN PENGESAHAN
Halaman Pengesahan dan Asuhan Kebidanan
“Kebutuhan Dasar Manusia Tentang Laringitis”
Yang Disusun oleh:
1. Liska Rosita (
15401.06.13028)
2. Nuzul Faridah (15401.06.13036)
3. Syavilla Nuari Prihardini (15401.06.13048)
4. Tutik Diah Ayu Wulandari (15401.06.13049)
Sudah sesuai dengan outline dan telah
disetujui oleh Dosen pembimbing untuk mendapat pengesahan sebagaimana mestinya.
Genggong,
... November 2013
Menyetujui
Dosen
Pembimbing
IIT
ERMAWATI,Amd.Keb.,S.Kep.,M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laringitis merupakan salah satu
penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan suatu
proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik akut maupun
kronik.Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun
waktu kurang lebih 3 minggu.Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan
laringitis kronis.Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam
bisa disebabkan karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun
infeksi virus.Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan,
otot dan membran mukosyang membentuk pintu masuk dari trakea.Biasanya pita
suara akan membuka dan menutup dengan lancar,membentuk suara melalui
pergerakan. Bila terjadi laringitis, makan pita suaraakan mengalami proses
peradangan, pita suara tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara.
Akibatnya suara akan terdengar lebih serak.Berdasarkan hasilstudilaringitis
terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk dewasa sedangkan pada anak-anak
umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.
B. Tujuan
1.Untuk mengetahui latar belakang tentang penyakit Laringitis.
2.Untuk mengetahui komplikasi dan gejala pada penyakit Laringitis.
3.Untuk mengetahui diagnosis pada penyakit Laringitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. LARINGITIS
I. Definisi Laringitis
Laringitis
adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi
laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai
bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi
yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara. Laringitis juga merupakan suatu radang laring yang disebabkan terutama oleh virus dan dapat pula
disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan onset dan perjalanannya, laringitis
dibedakan menjadi laringitis akut dan kronis.
Laringitis
akut merupakan keradangan pada laring/ laring-trakea-bronkus. Laringitis akut
adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Radang akut laring, pada umumnya merupakan
kelanjutan dari rinofaringitis ( common cold ). Pada anak laringitis akut ini
dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak
secepat pada anak.
II. Patofisiologi Laringitis
Hampir
semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu
mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis
umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring
dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang
meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi
saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan
merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada
laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi
ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang
jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
III. Etiologi Laringitis
1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari
kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza atau common cold.
infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3),
rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae.
2. Penyakit ini dapat terjadi karena
perubahan musim / cuaca
3. Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
5. Bahan kimia
6. Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi
IV. Manifestasi Klinik
1.
Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi
bakteri seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang
terjadi. Laringitis akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit
atau setelah anda sembuh dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang
paru-paru (pneumonia).
a.
Laringitis
akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti influenza
atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe
1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae,
Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pneumoniae.
b.
Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim /
cuaca
c.
Pemakaian
suara yang berlebihan
d.
Trauma
e.
Bahan kimia
f.
Merokok dan minum-minum alcohol
g.
Alergi
2.
Laringitis Kronis
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang
terus menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok
atau asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan
tenggorokan, suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang
berlokasi di saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan
akut dan disebut kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang,
terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam
konteks neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema
laring. (Abdurrahman MH, 2006,13-20)
3.
Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis
kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan laringitis luetika.
a. Laringitis Tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca
pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis
menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada
kartilago serta vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi
sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium
yaitu:
1) Stadium infiltrasi, mukosa laring
posterior membengkak dan hiperemis, dapat mengenai pita suara. Terbentuk
tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik berwarna kebiruan. Tuberkel
membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu sehingga mukosa diatasnya
meregang sehingga suatu saat akan pecah dan terbentuk ulkus
2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada
akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan
dan dirasakan sangat nyeri.
3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam
sehingga mengenai kartuilago laring terutama kartilago aritenoid dan epiglotis
sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
4) Stadium pembentukan tumor, terbentuk
fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.
b. Laringitis Luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai dalam 4 stadium lues yang paling
berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi pembentukan gumma yang kadang
menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah akan timbul ulkus yang khas
yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat
kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat
Tabel. 1
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
Laringitis
akut
|
Laringitis kronis
|
· Rhinovirus
· Parainfluenza virus
· Adenovirus
· Virus mumps
· Varisella zooster virus
· Penggunaan asma inhaler
· Penggunaan suara
berlebih dalam pekerjaan : Menyanyi, Berbicara dimuka umum Mengajar
· Alergi
· Streptococcus grup A
· Moraxella catarrhalis
· Gastroesophageal refluks
|
· Infeksi bakteri
· Infeksi tuberkulosis
· Sifilis
· Leprae
· Virus
· Jamur
· Actinomycosis
· Penggunaan suara
berlebih
· Alergi
· Faktor lingkungan
seperti asap, debu
· Penyakit sistemik :
wegener granulomatosis, amiloidosis
· Alkohol
· Gatroesophageal refluks
|
V. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu
laringitis kronik. Selain itu, dapat terjadi perubahan suara jika gejala suara
serak tersebut terjadi selama 2 – 3 minggu.
Perubahan suara ni dapat diakibatkan oleh
refluks asam lambung atau pajanan terhadap bahan iritan. Hal tersebut berisiko
untuk menimbulkan keganasan pada pita suara.
VI. Klasifikasi
Laringitis
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu :
1.
Laringitis
Akut
Laringitis akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara
yang berlebih, inhalasi polutan lingkungan. Laringitis akut
ditandai dengan afonia atau hilang suara dan batuk menahun. Gejala ini semakin
diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan kering.
2.
Laringitis
kronis
Laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari,
biasanya tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat.
Nyeri tenggorokan dan batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat
juga dipicu oleh udara dingin atau minuman dingin. Pada pasien yang memiliki
alergi, uvula akan terlihat kemerahan.
Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan
juga dapat diakibatkan oleh penyakit traktus urinarisu atas kronik, merokok,
pajanan terhadap iritan yang bersifat konstan, dan konsumsi alkohol berlebih.
Tanda dari laringitis kronik ini yaitu nyeri tenggorokan yang tidak signifikan,
suara serak, dan terdapat edema pada laring.
VII. Alur Masalah
VIII.
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala laringitis dapat termasuk:
• Serak
• Suara lemah atau kehilangan suara
• Rasa gatal dan kasar di tenggorokan
• Sakit tenggorokan
• Tenggorokan kering
• Batuk kering
• Kesulitan bernapas (pada anak-anak)
• Serak
• Suara lemah atau kehilangan suara
• Rasa gatal dan kasar di tenggorokan
• Sakit tenggorokan
• Tenggorokan kering
• Batuk kering
• Kesulitan bernapas (pada anak-anak)
IX. PENATALAKSANAAN
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
§ Usia penderita dibawah 3 tahun
§ Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau
axhausted
§ Diagnosis penderita masih belum jelas
§ Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi
:
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama
2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/
menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi
minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau
penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam
bentuk semprotan hidung atau nasal spray
5.
Medikamentosa
: Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada demam, bila ada
gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik, hidung
tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin
(PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral
ataupun spray.Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100
mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50
mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi
3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan kortikosteroid
intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam
3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6.
Pengisapan
lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini tidak berhasil
maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi bila sudah terjadi
obstruksi jalan nafas.
Pencegahan :
§ Jangan merokok, hindari asap rokok karena
rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita
suara,
§ minum banyak air karena cairan akan
membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu
banyak dan mudah untuk dibersihkan,
§ batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk
mencegah tenggorokan kering.
§ jangan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal
pada pita suara
§ meningkatkan pembengkakan dan berdehem
juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.
X.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak
pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada
50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah
dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan
ditemukan mukosa laring yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran
serta tampak pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada
konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
BAB III
ASKEB TEORI
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
1. Riwayat Penyakit
Sekarang
Hal ini meliputi
keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam, mual, muntah,
sesak, bapil, serta nyeri menelan dan pada waktu berbicara.
2. Riwayat
Penyakit Dahulu
Klien merasa
mual, muntah, demam, sesak, batuk, nyeri menelan apakah terdapat hubungan
dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
3. Riwayat
Penyakit Keluarga
Hal ini meliputi
tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga, apakah anggota keluarga yang
menderita penyakit menular.
II. Riwayat Kesehatan dan Persalinan
1.
Prenatal
Keadaan gizi Ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi
diderita Ibu selama hamil, psikologis Ibu hamil, penggunaan jamu dan
obat-obatan.
2.
Natal
Meliputi keadaan Kx saat lahir,
proses persalinan, kelainan-kelainan yang didapatkan keadaan trauma saat
melahirkan.
3.
Post natal
Kelainan pada bayi, keadaan bayi, imunisasi yang
didapat.
III. Riwayat
Tumbuh Kembang
1.
Pertumbuhan
meliputi BB, TB
Perkembangan meliputi
perkembangan psikososial halus dan kasar.
IV. Riwayat
Imunisasi
Meliputi imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Campak, Polio.
V. Riwayat Nutrisi
Meliputi pemberian Asi dan
pemberian makanan tambahan serta jenis makanan tambahan serta jenis makanan tambahan yang diberikan.
VI. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat
Tanggapan Klien mengenai
kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan meliputi Klien mengerti
tentang gaya hidup sehat, pola tata laksana sehat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana dan berapa kali Klien mandi, menggosok gigi serta tindakan Klien apabila sakit.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya Klien laringitis nafsu makannya menurun
serta adanya sulit menelan.
3.
Pola eliminasi
Eliminasi Klien kadang mengalami konstipasi sedangkan
pada eliminasi urine tidak mengalami gangguan hanya warna urne menjadi
kecoklatan.
4.
Pola istirahat dan tidur
Pada istirahat dan tidur akan menurun karena Px dengan
laringitis terjadi sesak nafas dan nyeri telan pada waktu berbicara.
5.
Pola aktivitas dan latihan
Pada Klien laringitis akan mengalami gangguan karena Klien
harus bedrest serta mual, muntah, demam dan nyeri sehingga membuat aktifitas
menurun.
6.
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan
penyakitnya, dampak psikologis, Kx terjadi perubahan konsep diri antara lain :
body image, ideal diri.
7.
Pola sensori dan kognitif
Meliputi body image, self sistem, kekacauan identitas,
depresanalisasi dan bagaimana pengetahuan Klien tenntang penyakitnya.
8.
Pola reproduksi
Meliputi anak keberapa dari beberapa saudaram jenis
kelamin.
9.
Pola hubungan peran
Bagaimana peran Klien dalam keluarga meliputi hubungan
Klien dengan keluarga dan orang lain.
10. Pola hubungan stres
Biasanya Klien sering melamun dan merasa cemas atas keadaan
penyakitnya.
11. Pola tata nilan dan
kepercayaan
Biasanya Klien terganggu dalam hal ibadahnya karena
harus berobat sehingga aktivitasnya Klien di bantu oleh keluarganya.
B. Penatalaksanaan Medis
I. Istirahat bicara dan bersuara selama 2 – 3 hari.
II. Menghirup udara lembab.
III. Menghindari iritasi pada laring
dan faring ( misalnya merokok, makanan pedas, atau minum es ).
Untuk terapi
medikamentosa diberikan anti
biotik penisilin anak 3x50 mg/kg/BB. Bila alergi dapat diganti
eritromisin atau basitrosin dapat diberikan
kortisol untuk mengatasi edema. Dipasang
pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan
laring.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama atau
sering residitif.Bagaimana
diagnosisnya; untuk memastikan
laringitis dokter akan memeriksa bagian dalam laring
penderitanya dengan mempelajari refleksinya melalui kaca khusus.Pemeriksaan dengan cara ini dapat menunjukan pita
suara berwarna merah,
radang dan kadang– kadang pendarahan
dengan bagian tepi yang membesar dan runcing, dokter juga memeriksa
cairan yang keluar dan pada kasus berat akan dilakukan tes pembiakan dari
cairan tersebut.
D. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
I. Gangguan
rasa nyaman; nyeri akut b.di proses peradangan.
Intervensi :
1.
Kaji karakteristik nyeri.
2.
Catat perubahan karakteristik nyeri.
3.
Observasi TTV.
- Lakukan tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman ( berikan perubahan posisi, tehnik relaksasi / distraksi dan meminimalkan stimulus terganggu ).
- Kolaborasi; Pemberian analgetik sesuai indikasi.
II. Hipertermi b.d infeksi bakteri Haemophilus
Influenzae.
Intervensi:
1.
Observasi TTV terutama suhu tubuh.
2.
Jelaskan upaya untuk
mengatasi hipertermi pada
keluarga dengan memberikan
kompres dingin menggunakan pakaian tipis dan perbanyak minum selama hipertermi.
3.
Kolaborasi; Beri terapi anti piretik sesuai indikasi.
III. Resiko pola nafas tidak efektif b.d peradangan
pada laring.
Intervensi:
- 1. Kaji kecepatan dan kedalaman pernafasan serta pergerakan dada, auskultasi paru, catat adanya penurunan suara dan suara nafas tambahan.
- Gunakan bantal untuk mempertahankan terbukanya jalan nafas.
- Berikan posisi yang tepat dengan meninggikan bagian kepala atau menempatkan pada posisi duduk.
- Jelaskan pada pasien / keluarga mengenai tindakan yang memudahkan usaha nafas seperti posisi fowler / semi fowler.
- Kolaborasi; Peningkatan kelembaban dan pemberian tambahan O2 dll.
IV. Resiko terhadap ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh penurunan masukan oral dan kenyamanan
mulut.
Intervensi:
1.
Kaji status nutrisi klien.
2.
Beri makanan lunak
yang tidak merangsang
stimulus nyeri pada mulut / laring.
3.
Monitor pasien dan makanan dengan dihabiskan setiap kali makan.
4.
Kolaborasi; Teruskan pemberian terapi cairan parenteral.
V. Gangguan
proses keluarga b.d keadaan sakit dan hospitalisasi.
Intervensi:
1.
Gali perasaan keluarga dan masalah yang terjadi selama hospitalisasi.
2.
Berikan perhatian dan
kebutuhan orang tua
akan informasi dan dukungan.
3.
Libatkan keluarga selama perawatan.
- Jelaskan tentang terapi yang dilakukan pada anak sesuai dengan pengetahuan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker,
Chris. (2008). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen
JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit
THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
Corwin,
Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
informasi menarik yang bermanfaat, makasih banyak..
BalasHapushttp://obatasliindonesia.com/obat-herbal-penyakit-laringitis/